SURABAYA, HNN.Com - Universitas Negeri Surabaya (UNESA) terus menunjukkan komitmennya sebagai kampus ramah disabilitas dan kelompok rentan. Melalui kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) bertajuk “Edukasi Masyarakat Inklusif dan Pendampingan Kelurahan Ketintang dalam Merancang Roadmap Kebijakan Kelurahan Inklusi”, tim dosen lintas bidang dari UNESA hadir langsung di tengah warga Kelurahan Ketintang, Kecamatan Gayungan, Kota Surabaya, Kamis malam (7/8).
Baca Juga: UTBK Hari Pertama Unesa Diikuti 2.462 Peserta
Kegiatan yang digelar di Balai RW I Ketintang Surabaya dan melibatkan sekitar 50 peserta ini dirancang untuk mendorong lahirnya lingkungan sosial yang lebih terbuka dan setara. UNESA tidak hanya memperkuat komitmen internal melalui jalur penerimaan mahasiswa disabilitas, tetapi juga mendorong masyarakat sekitar untuk membangun ruang hidup yang inklusif mulai dari tingkat RW hingga kelurahan.
Dalam sambutannya, Rianda Usmi, S.Pd., M.Pd., Dosen PPKn UNESA sekaligus Ketua Tim PKM, menegaskan bahwa inklusi sosial bukan hanya tugas pemerintah atau institusi pendidikan.
“Kita semua bertanggung jawab membangun ruang yang menerima dan memberdayakan siapa pun, apapun latar belakang atau kondisinya. Sinergi kampus dan warga sangat penting,” ungkap Rianda.
Ia juga berharap kegiatan ini menjadi awal dari kerja sama yang berkelanjutan.
Kegiatan ini mendapatkan apresiasi dari berbagai pihak. Lurah Ketintang, Bryan Ibnu Maskuwaih, S.STP, menyatakan bahwa kegiatan semacam ini sangat penting dalam membentuk kesadaran kolektif.
“Masyarakat kita beragam, dan itu kekayaan yang harus disikapi dengan empati, bukan prasangka,” ucapnya. Ketua RW I Ketintang, Suprayogo, juga menyambut baik kehadiran UNESA di tengah masyarakat.
“Program seperti ini nyata manfaatnya. Kehadiran kampus sangat membantu warga, bahkan sampai mendukung perekonomian warga,” ujarnya.
Sebagai pemateri pertama, Rianda menyampaikan materi bertajuk “UNESA sebagai Kampus Ramah Disabilitas dan Kelompok Rentan”.
Baca Juga: Mahasiswa Unesa Kritik Permenpora Nomor 14 Tahun 2024, Berpotensi Ganggu Pembinaan Olahraga
Ia memaparkan kebijakan afirmatif UNESA, termasuk penyediaan jalur landai, guiding block, toilet khusus, kendaraan listrik, serta pelatihan peningkatan sensitivitas civitas akademika terhadap kelompok rentan.
Menurutnya, semua inovasi tersebut dapat diterapkan dalam skala komunitas seperti RW atau kelurahan.
Pemateri kedua, Budi Santosa, S.Pd.I., M.S.I., dosen PPKn UNESA, menekankan bahwa pembangunan inklusif bukan hanya soal infrastruktur, melainkan juga membentuk cara pandang masyarakat.
“Inklusi adalah budaya hidup yang melibatkan empati, pengakuan, dan partisipasi semua pihak. Jika ruang publik kita tak ramah untuk satu kelompok, maka belum bisa disebut inklusif,” ujarnya.
Baca Juga: Keren! UNESA Pecahkan Dua Rekor MURI Sekaligus pada Momentum Upacara HUT ke-79 Republik Indonesia
Ia mendorong warga untuk mulai dari hal kecil, seperti menyediakan akses yang setara dan ruang partisipasi bagi perempuan, lansia, anak-anak, serta penyandang disabilitas.
Selain dosen, kegiatan ini turut melibatkan mahasiswa UNESA sebagai bagian dari proses pembelajaran sosial. Tim PKM terdiri atas Rianda Usmi, Budi Santosa, Dr. Firre An Suprapto, M.Pd. (Dosen Administrasi Negara), dan Muhammad Ridho Prihatin, M.Pd. (Dosen Tata Busana FT UNESA).
Kegiatan ditutup dengan foto bersama dan komitmen dari warga dan UNESA untuk menjaga keberlanjutan gerakan inklusi sosial di Kelurahan Ketintang.
Program ini menjadi langkah strategis membumikan nilai-nilai inklusif dalam kehidupan warga sehari-hari menjadikan Ketintang bukan hanya tempat tinggal, tapi ruang hidup yang menyambut semua.( Mochammad Fasichullisan)
Editor : Redaktur