Surabaya | HNN - Transformasi digital yang semakin meluas di Indonesia berdampak positif pada produktivitas dan efisiensi organisasi sekaligus menjadi risiko di sektor yang lain. Hal ini melatarbelakangi Dr Tining Haryanti SKom MM MKom, lulusan program studi doktoral Departemen Sistem Informasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) untuk melakukan penelitian mengenai inovasi dalam upaya peningkatan daya saing digital di Indonesia.
Perempuan asal Tulungagung tersebut menjelaskan, meskipun penetrasi internet di Indonesia menempati posisi tertinggi di Asia, namun Indonesia justru menempati peringkat digital ke-51 dari 63 negara. Menghadapi fakta tersebut, Indonesia sebagai negara berkembang menargetkan peningkatan daya saing digitalnya.
“Penelitian ini dilakukan sebagai masukan bagi strategi pemerintah untuk menjembatani permasalahan digital sekaligus meningkatkan peringkat keberhasilan digitalnya,” terang Tining saat memaparkan disertasinya.
Oleh karena itu, lanjutnya, melalui disertasi yang berjudul Peningkatan Daya Saing Digital di Indonesia melalui Pengembangan Grand Design dan Aplikasi Pengukuran Digital Maturity Berdasarkan General System Theory (GST), Tining mengembangkan kerangka kerja serta aplikasi sebagai upaya dalam meningkatkan daya saing digital di Indonesia.
Fokus utama penelitian ini adalah memahami secara menyeluruh berbagai dimensi dan perangkat pengukuran yang mempengaruhi keberhasilan transformasi digital di Indonesia.Dalam hal ini, Tining juga berfokus untuk menghasilkan berbagai usulan melalui eksplorasi penelitian yang dilakukan berdasarkan perspektif GST.
“Hal ini bertujuan untuk menciptakan pemahaman yang lebih mendalam tentang dinamika sistem yang terlibat dalam transformasi digital,” ungkapnya.
Selama melakukan penelitian, Tining secara komprehensif melibatkan berbagai sektor di antaranya Education, Manufacture, Finance, Healthy, dan Government. Menurutnya, keterlibatan transformasi digital di berbagai sektor merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam meningkatkan daya saing digital di Indonesia, sehingga perlu dilibatkan secara langsung.
“Bahkan kami melibatkan narasumber dari berbagai kota di Indonesia, termasuk Surabaya,” ungkap perempuan kelahiran 1985 itu.
Lewat penelitiannya, doktor yang juga menjabat sebagai Kepala Departemen Informatika Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMS) ini berhasil mengungkapkan tujuh dimensi dan 32 subdimensi sebagai penghambat transformasi digital di Indonesia. Ia juga menemukan berbagai tantangan, mulai dari budaya, pemerintahan, organisasi hingga keamanan siber, yang dapat memengaruhi suksesnya transformasi digital di berbagai sektor.
“Tantangan terbesar yang dihadapi Indonesia muncul dari sektor budaya,” klaim Tining.
Editor : Redaktur