- 00:03:27 Perkenalkan Diri, Kapala Kantor Imigrasi Tanjung Perak Silaturahmi ke PWI Jatim
- 17:54:30 KONI Jatim Gelar Rakerprov, Bahas Program Kerja 2023
- 15:28:47 Harga Daging Ayam Masih Tinggi, Ini Harapan Pedagang pada Pemerintah
- 19:34:30 Sjamsul Kadar Tempati Urutan Pertama Hasil Survei Pilkada Kabupaten Kolaka
- 10:23:17 Hadiri Jambore Nasional Ke-2 BAPERA, Wakasad Letjen Agus Subiyanto Beri Pembekalan Bela Negara
- 11:43:16 HJKI, GAKINDO dan GABPEKSI Propinsi Jawa Timur Gelar Pelatihan Asesor Kompetensi bersama jilid II
- 19:06:53 Daftar ke KPU, NasDem Jatim: Calon Legislatif Kita Baik dan Amanah
- 16:42:28 Komisi 10 DPR RI Desak Kementrerian Pendidikan Selesaikan Kasus Rehab SMK di Jatim
- 16:35:54 Moh Ali Affandi, Ketua Panitia Besar (PB) Porprov VIII Jatim Berharap Anggaran Porprov Segera Turun
- 17:34:53 Seperti Ini Akibatnya Jika Anggaran Minim, KONI Jatim Tunda Pra Porprov

Surabaya - Filamen merupakan salah satu komponen yang penting dalam teknologi tiga dimensi (3D) printing. Dengan kreativitas yang dimiliki, mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil menyulap limbah ampas pati aren dan kulit hewan udang-udangan (Crustacea) menjadi biodegradable filamen untuk keperluan 3D printing.
Adalah Ghozi Nashiruddin, otak di balik inovasi tersebut. Menurutnya, teknologi 3D printing patut menjadi perhatian dunia di era Revolusi Industri 4.0. Teknologi ini mampu mencetak berbagai material dalam bentuk 3D dari sebuah desain digital yang dibuat sebelumnya. “Teknologi 3D printing memiliki kegunaan yang luas mulai dari bidang arsitektur, militer, transportasi, antariksa, hingga medis,” paparnya.
Di sisi lain, mahasiswa Departemen Teknik Material ITS ini mengungkapkan, Indonesia dikaruniai keanekaragaman Sumber Daya Alam (SDA) material alami. Yang disayangkan olehnya, terkadang SDA ini tidak dimanfaatkan secara optimal. “Contohnya, limbah ampas pati aren dan kulit hewan udang-udangan yang justru menjadi limbah pencemar lingkungan,” terangnya.
Dijelaskan oleh pemuda yang akrab disapa Ghozi ini, ampas pati aren memiliki kandungan selulosa yang cukup tinggi yaitu sebesar 76,35 persen dari beratnya. Selulosa tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan polimer alam dalam bentuk Poli Asam Laktat (PLA). “PLA sendiri merupakan bahan filamen 3D, walau biasanya bukan diolah dari limbah,” papar mahasiswa berkacamata ini.
Sedangkan limbah kulit hewan Crustacea seperti udang, kepiting, dan rajungan, lanjut Ghozi, memiliki kandungan zat kitosan. Zat ini yang memiliki sifat seperti dapat terbiodegradasi, tak beracun, dan mampu mengadsorpsi. “Jumlahnya juga melimpah di Indonesia, contohnya hasil observasi yang dilakukan beberapa pasar tradisional di Provinsi Gorontalo menunjukkan penumpukan kulit udang tanpa pemanfaatan,” ungkapnya.
Zat selulosa dan kitosan inilah yang kemudian dipadukan oleh Ghozi untuk membuat filamen 3D printing yang ramah lingkungan. Karya yang pernah dilombakan pada ajang Material and Metallurgical Paper Competition (MPC) 2019 ini memang sengaja dibuat ramah lingkungan, karena memiliki kemampuan mengurai seiring berjalannya waktu. “Karena tema perlombaan saat itu material eco-friendly, maka saya menggunakan bahan-bahan yang bisa terurai sewaktu-waktu,” tuturnya.
Meskipun dapat terurai sewaktu-waktu, Ghozi mengungkapkan, zat kitosan yang digunakan dalam filamen berpengaruh pada peningkatan kekuatan filamen. Selain itu, ia menjelaskan, kitosan juga dapat meningkatkan ketahanan filamen terhadap bakteri. “Akibatnya umur filamen bisa menjadi lebih panjang,” tukasnya.
Di sisi lain, Ghozi tidak menampik bahwa inovasinya masih memiliki kekurangan. Ghozi memberi contoh terkait pencampuran antara PLA-Kitosan yang kadang menimbulkan penurunan kualitas dari filamen tersebut. “Proses percampuran (blending) yang dilakukan dalam kondisi tertentu akan menimbulkan pori pada filamen,” terangnya.
Oleh karena itu, Ghozi berharap ke depannya penelitian ini dapat disempurnakan oleh pihak lain. Secara pribadi, ia mengatakan belum memiliki rencana lebih lanjut dalam pengembangannya. “Terkait rencana komersialisasi mungkin ada, karena ide ini dirasa dapat mengurangi limbah di Indonesia serta menyongsong keberjalanan revolusi industri 4.0,” ujarnya.
Usaha yang dicurahkan Ghozi untuk penelitian ini tidak sia-sia. Inovasinya tersebut telah berhasil menyabet juara pertama dalam kategori Industri pada ajang MPC 2019 yang diselenggarakan oleh Teknik Material dan Metalurgi Institut Teknologi Kalimantan (ITK), beberapa waktu lalu.
- Minggu
- 30 April 2023
Jejak Perjuangan Ulama KH Abdul Chalim Leuwimunding Diulas di Surabaya
- Selasa
- 11 April 2023
DPC Partai Bulan Bintang Kota Surabaya Gelar Aksi Menebar Kebaikan
- Minggu : 01 November 2020
Pelantikan DPD PJI-Demokrasi Jatim, Herman Terpilih Sebagai Sekertaris
-
- Rabu : 25 Maret 2020
Rampok Bersenjata Pistol Ditangkap Polsek Tambaksari Surabaya
-
- Sabtu : 18 Januari 2020
Aksi Layanan Sehat Sasar Ratusan Lansia Di Desa Grogol Banyuwangi
-
- Sabtu : 18 Januari 2020
Bamsoet Dilantik Jadi Dewan Pembina E-Sport Indonesia Bersama Sandiaga
-
- Selasa : 07 Juli 2020
Bangkalan Akan Mulai Tahun Ajaran Baru 13 Juli Mendatang
-
- Rabu : 22 Januari 2020
Siwa SMP Al Falah Deltasari Belajar Kematian DI Museum Etnografi Unair
-
- Selasa : 21 Januari 2020
Gubernur Akademi Angkatan Laut Hadiri Wisuda Sarjana dan Diploma STTAL