Membangun tanpa Menggusur, Mengikutsertakan Peran Masyarakat

avatar Harian Nasional News
Bunda Misih di lokasi pembebasan lahan untuk proyek Outer East Ring Road (OERR) atau Jalan Lingkar Luar Timur (JLLT)
Bunda Misih di lokasi pembebasan lahan untuk proyek Outer East Ring Road (OERR) atau Jalan Lingkar Luar Timur (JLLT)

SURABAYA - Bakal Calon Walikota (Bacawali) Surabaya, Hj.Ngatmisih, SH, Mhum menegaskan, dirinya siap untuk memimpin Surabaya usai Tri Rismaharini habis masa jabatannya tahun ini.

Wanita yang akrab dipanggil Bunda Misih ini, dikenal memiliki solusi yang tepat untuk memecahkan permasalahan Surat Ijo di Surabaya. “Sebagai mantan Kepala BPN (Badan Pertanahan Nasional), saya optimis bisa menyelesaikan masalah ini. Dilihat dulu asal usul tanahnya, dari situ bisa diformulasikan solusinya,” ucap Ketua Konsultan Pertanahan Arek Suroboyo (Sultan Aryo) ini optimis.

Baca Juga: Jejak Perjuangan Ulama KH Abdul Chalim Leuwimunding Diulas di Surabaya

Ia menambahkan, di samping penuntasan Surat Ijo, dirinya punya program andalan ‘Membangun tanpa Menggusur.

“Membangun tanpa menggusur adalah model pembangunan sudah ada sejak tahun1991 tetapi mayoritas belum pernah dijalankan. Padahal penggusuran selalu membuat masyarakat menderita,”kata Bunda Misih lagi.

Menurut Bunda Misih, penggusuran mengakibatkan kemiskinan, warga kehilangan mata pencarian, dan lingkungan sosialnya tercerabut puluhan kilometer. Ini terbukti dari yang sudah dilakukan pemerintah selama ini.

“Banyak cara lain untuk bisa menata Surabaya, mempercantik kotanya, tapi dengan tidak membuat warga menderita," ucap Ngatmisih.

Baca Juga: NasDem Jatim Gelar Khotmil Quran Binnadhor: Riyadoh untuk Anies Baswesdan Presiden RI 2024

Bunda Misih menambahkan, konsep Membangun tanpa Menggusur sangat cocok diterapkan pada pembangunan Outer East Ring Road (OERR) atau Jalan Lingkar Luar Timur (JLLT) di Surabaya Timur. Pasalnya mayoritas lahan kosong belum banyak bangunannya dan pemilik lahan di lokasi tersebut bisa menikmati hasil pembangunan.

"Tidak ada yang pindah, bukan orang pendatang baru atau para investor yang menikmati hasil pembangunan. Seandainya ada pendatang baru, beli langsung dari pemilik asal yg sudah merasakan kenaikan lahannya," kata mantan Kepala Kantor Pertanahan yang sebelum berstatus PNS punya pendidikan teknis penataan pertanahan ini.

Sekarang sebagai ketua Konsultan Pertanahan Arek Suroboyo dan Cawali Surabaya, Ngatmisih, jika diberi kepercayaan untuk menata Surabaya, menerapkan pembangunan yang mengikutsertakan peran aktif masyarakat dalam pembangunan

Baca Juga: Etos Indonesia: Tri Adhianto Harus Jeli dalam Memilih Calon Pendampingnya

Sosok yang gemar blusukan ini, menambahkan, kunci pembangunan tanpa menggusur adalah dilakukan dengan melibatkan peran aktif masyarakat. Hal itu dilakukan untuk menentukan penataan yang tepat untuk pembangunan kampung kumuh

"Bagaimana sosialisasi kepada masyarakatnya, dialognya terbuka, apakah lebih baik membangun kampung daripada rumah susun. Itu sangat mungkin kok dalam konteks perkotaan mencari alternatif yang bisa dilakukan," tegas mantan birokrat yang terbukti bersih dalam mengelola anggaran ini.

Editor : Harian Nasional News