- 21:36:18 Pemkot Surabaya Tutup Pendaftaran Penghuni Rusunawa
- 17:57:38 Terdakwa Penabrak Kapolsek Benowo Dituntut 3 Tahun Penjara
- 17:44:09 Sentot Wardhana: Terdakwa pernah disidang di perkara yang sama
- 13:17:41 Mantan Wakil Ketua DPRD Sahat Tua P Simanjuntak Divonis 9 Tahun Penjara
- 18:00:21 Juru Sita Pengadilan Negeri Surabaya Laksanakan Eksekusi Rumah di Jalan Nginden Intan
- 13:42:23 Edarkan Sabu, Wanita Asal Karangrejo Ditangkap Satresnarkoba Polrestabes Surabaya
- 12:54:53 GIIAS Surabaya 2023 Dihadiri 34 Ribu Pengunjung
- 10:45:02 Gelar Madura Food Festival di Kya-kya, Wali Kota Eri: Ini Mempererat Tali Persaudaraan Kita!
- 13:33:01 Jelang Konggres XXV di Bandung, Inilah Harapan Ketua PWI Jatim Lutfil Hakim
- 11:11:37 Di Ajang GIIAS Surabaya 2023, Para Peserta Berikan Aneka Promo Menarik

SURAKARTA, HNN - Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, mengapresiasi tim Universitas Gadjah Mada (UGM) yang mengembangkan alat early warning system (EWS) atau sistem peringatan dini gempa.
Menurut LaNyalla, penelitian tersebut harus mendapat dukungan serius. Terlebih, Indonesia merupakan negara yang rentan dengan bencana. Untuk itu segala penemuan yang berpotensi perlu dikawal pemerintah.
"Apalagi sering kali peringatan dini kebencanaan gagal diantisipasi pemda sehingga korban dan kerusakan akibat bencana cukup tinggi. Maka memang diperlukan sarana untuk mitigasi bencana yang memadai," tutur LaNyalla saat kunjungan kerja ke Surakarta, Jumat (4/6/2021).
Dijelaskan LaNyalla, alat EWS besutan UGM itu telah dikembangkan sejak tahun 2018 dan mampu mendeteksi beberapa kali gempa, termasuk gempa di Toli-toli pada 29 Mei 2021, tiga hari sebelum kejadian. Meski sudah beberapa kali tepat memprediksi kejadian gempa, tim peneliti masih terus melakukan pengembangan.
"Pengembangan ini yang harus didukung oleh pemerintah. Kemendikbud dan Ristek perlu memberi pendampingan karena penelitian ini berada di bawah perguruan tinggi. Apa yang diperlukan tim peneliti perlu mendapat bantuan," ucapnya.
Menurut LaNyalla, tim peneliti UGM memanfaatkan teknologi internet of thing (IoT) pada alat pendeteksi itu. Alat EWS ini tersusun dari sejumlah komponen, seperti detektor perubahan level air tanah dan gas radon, pengondisi sinyal, kontroler, penyimpan data, sumber daya listrik.
"Dari teknologi IoT, alat akan bekerja berdasarkan perbedaan konsentrasi gas radon dan level air tanah yang merupakan anomali alam sebelum terjadinya gempa bumi. Upaya tim peneliti patut kita apresiasi dan jika sudah memungkinkan diproduksi sebanyak mungkin untuk dibagikan ke pemda-pemda, khususnya daerah yang rawan bencana," terang LaNyalla.
Mantan Ketua Umum PSSI ini juga mendorong para peneliti untuk mengembangkan alat EWS untuk kebencanaan lain. LaNyalla menilai, semakin banyak inovasi dilakukan kalangan akademisi yang didukung oleh pemerintah, maka mitigasi bencana di daerah juga akan semakin lebih baik.
"Pemerintah perlu mengalokasikan anggaran untuk penelitian-penelitian sejenis, seperti alat pendeteksi longsor dan banjir. Dengan demikian ke depan kita mampu memperbaiki sistem mitigasi kebencanaan yang kerap mengancam masyarakat," tutupnya. (d1n)
- Jumat
- 28 Juli 2023
Resep Anti Negara Gagal
- Minggu
- 09 Juli 2023
Kalau Mempersulit, LaNyalla Minta Kepala Bappeda Jatim Dicopot Saja
- Minggu : 01 November 2020
Pelantikan DPD PJI-Demokrasi Jatim, Herman Terpilih Sebagai Sekertaris
-
- Rabu : 25 Maret 2020
Rampok Bersenjata Pistol Ditangkap Polsek Tambaksari Surabaya
-
- Sabtu : 18 Januari 2020
Aksi Layanan Sehat Sasar Ratusan Lansia Di Desa Grogol Banyuwangi
-
- Sabtu : 18 Januari 2020
Bamsoet Dilantik Jadi Dewan Pembina E-Sport Indonesia Bersama Sandiaga
-
- Selasa : 07 Juli 2020
Bangkalan Akan Mulai Tahun Ajaran Baru 13 Juli Mendatang
-
- Rabu : 22 Januari 2020
Siwa SMP Al Falah Deltasari Belajar Kematian DI Museum Etnografi Unair
-
- Selasa : 21 Januari 2020
Gubernur Akademi Angkatan Laut Hadiri Wisuda Sarjana dan Diploma STTAL