- 11:34:11 Wali Kota Eri Minta Pengurus RT/RW, LPMK dan Tenaga Kontrak Pemkot Surabaya Mundur Bila Daftar Caleg
- 16:59:29 GIIAS Surabaya Siap Dibuka Besok 20 September 2023
- 16:30:32 Tanah Abang Sepi, LaNyalla: Segera Mitigasi, Perubahan Pola Belanja atau Penurunan Daya Beli
- 16:23:03 Ketua DPD RI Apresiasi Sikap Panglima TNI Minta Maaf Soal
- 21:58:35 Dua Terdakwa Penyelundupan Benih Lobster di Tuntut Berbeda
- 21:54:27 Area Pameran Lebih Besar, GIIAS Surabaya 2023 Agenda Wajib Untuk Dikunjungi
- 19:01:55 Satpol PP Surabaya Cegah Kenakalan Remaja
- 16:46:20 Wali Kota Eri Cahyadi Daftarkan Drama Kolosal Refleksi Perobekan Bendera ke Kharisma Event Nusantara Kemenparekraf RI
- 16:15:36 Dokter Gadungan Dituntut 4 Tahun Penjara
- 15:20:28 Surabaya Juara Umum Porprov Jatim, Wali Kota Eri Cahyadi Siapkan Lapangan Latihan untuk Semua Cabor

JAKARTA, HNN - Mengimpor kebutuhan pangan melalui mekanisme perdagangan internasional adalah suatu hal yang umum bagi negara-negara di dunia. Sebab, sangat langka suatu negara mampu memenuhi kebutuhan seluruh pangannya mandiri tanpa suplai dari negara lain.
Namun rantai pasok produk impor mulai terganggu dengan adanya Pandemi Covid-19. Di mana masa pandemi, banyak negara yang lebih memenuhi kebutuhan dalam negerinya dibanding mengekspor bahan makanan, hal ini tentu menjadi persoalan bagi negara pengimpor gandum seperti Indonesia.
Asosiasi Pengusaha Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) memiliki solusi dengan melestarikan petani gandum untuk terus berproduksi di tengah Pandemi Covid-19. Alhasil, konsumsi kebutuhan domestik terhadap gandum masih bisa terpenuhi meski negara pengimpor melakukan lockdown.
“Sejak lama kami telah mengedukasi para petani untuk bercocok tanam gandum. Kami mengedukasi mulai dari benih hingga tata cara menanamkan gandum. Kita mengedukasi petani bahwa gandum tidak seperti padi. Sebab, gandum bisa dijual ke segala sektor pangan,” kata Ketua Aptindo, Franciscus Welirang saat acara webinar “Potret Industri Tepung Terigu Nasional di Masa Pandemi”, Kamis (4/2/2021).
Kendati pihaknya telah mengedukasi petani gandum, namun Indonesia belum bisa sepenuh lepas dari impor gandum. Posisi Indonesia sebagai pengimpor gandum nampaknya tidak akan berubah karena pesatnya konsumsi kebutuhan domestik terhadap gandum baik untuk orang dan ternak.
Apalagi, tambah pria yang biasa disapa Franky ini, selama Pandemi Covid-19, ekspor produk olahan berbahan tepung terigu malah naik. Konsumsi tepung terigu secara nasional selama tahun 2019-2020 mengalami peningkatan sekitar 70 persen.
“Jadi selama 2019-2020, ekspor produksi olahan tepung terigu malah naik. Tahun 2019-2020 kan saat negara kita diserang Pandemi Covid-19. Produk olahan dari tepung terigu banyak di ekspor, seperti mie instan, kue dan produk makanan berbahan dasar tepung terigu lainnya,” jelas Franky.
Atas dasar itu, Aptindo tetap mendukung pemerintah dalam hal ekspor impor untuk menciptakan keseimbangan pasar secara global. “Nah, inilah yang disebut dengan trade balancing,” tutup Franky. (RED)
- Selasa
- 19 September 2023
GIIAS Surabaya Siap Dibuka Besok 20 September 2023
- Selasa
- 19 September 2023
Tanah Abang Sepi, LaNyalla: Segera Mitigasi, Perubahan Pola Belanja atau Penurunan Daya Beli
- Selasa
- 19 September 2023
Ketua DPD RI Apresiasi Sikap Panglima TNI Minta Maaf Soal
- Minggu : 01 November 2020
Pelantikan DPD PJI-Demokrasi Jatim, Herman Terpilih Sebagai Sekertaris
-
- Rabu : 25 Maret 2020
Rampok Bersenjata Pistol Ditangkap Polsek Tambaksari Surabaya
-
- Sabtu : 18 Januari 2020
Aksi Layanan Sehat Sasar Ratusan Lansia Di Desa Grogol Banyuwangi
-
- Sabtu : 18 Januari 2020
Bamsoet Dilantik Jadi Dewan Pembina E-Sport Indonesia Bersama Sandiaga
-
- Selasa : 07 Juli 2020
Bangkalan Akan Mulai Tahun Ajaran Baru 13 Juli Mendatang
-
- Rabu : 22 Januari 2020
Siwa SMP Al Falah Deltasari Belajar Kematian DI Museum Etnografi Unair
-
- Selasa : 21 Januari 2020
Gubernur Akademi Angkatan Laut Hadiri Wisuda Sarjana dan Diploma STTAL